Tulisan ini dikhususkan untuk
para pembaca yang meragukan rasa nasionalisme warga ACEH.
Tadi pagi,saya iseng-iseng
googling tentang Aceh.Kemudian saya menemukan sebuah artikel menarik yang
berjudul “Teuku Markam Bagian Dari Kisah Pilu Sejarah Aceh yang Dikhianati”.Disitu
dijelaskan bagaimana seorang pengusaha kaya asal Aceh yang sempat menjadi orang
terkaya di Indonesia memberikan jasanya bagi Indonesia tepatnya jasanya
terhadap pembangunan MONAS.
Namun justru namanya dilupakan bahkan ketika di
zaman Soeharto ia dimasukkan ke penjara karena dianggap sebagai PKI dan
penyembah Soekarno.Sungguh kisah yang pilu
Kemudian saya menemukan lagi
sebuah artikel mengenai jasa-jasa Aceh bagi Indonesia dari berbagai blog.
Berikut isinya:
1.Jasa Aceh bagi Indonesia(Pelurupena.wordpress.com)
Aceh Seminggu jadi Ibukota Indonesia
Hampir terlupakan dari sejarah, bahwa Aceh pernah jadi
ibukota sementara Republik Indonesia.
Peristiwa fenomenal itu terjadi pada tahun 1948, ketika
pasukan Belanda melancarkan agresi militer II terhadap Jogyakarta, yang pada
waktu menjadi ibukota RI. Dalam waktu sekejap, Jogyakarta jatuh dan dikuasai
Belanda. Waktu itu, presiden pertama Indonesia, Soekarno yang sedang
mengendalikan pemerintahan terpaksa harus memilih jalan untuk menyelamatkan
bangsa. Tidak ada pilihan lain waktu itu, presiden Soekarno terpaksa
mengasingkan diri ke Aceh. Setelah di amati waktu itu Biruen salah satu daerah
di Aceh di anggap sebagai lokasi paling aman.
Soekarno
berangkat ke Bireuen dengan menumpangi pesawat udara Dakota. Pesawat
yang dikemudi oleh putra Aceh yaitu Teuku
Iskandar, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu
pada Juni 1948. Kedatangan rombongan presiden di sambut Gubernur Militer Aceh, Teungku Daud Beureu’eh,
Panglima Divisi X, Kolonel
Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para
tokoh masyarakat. Tidak ketinggalan anak-anak Sekolah Rakyat (SR) juga ikut
menyambut kedatangan presiden sekaligus Panglima Tertinggi Militer itu. Malam
harinya di lapangan terbang Cot Gapu diselenggarakan Leising (rapat) akbar. Presiden Soekarno
dengan ciri khasnya, berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat Aceh
di Keresidenan Bireuen yang membludak di lapangan terbang Cot Gapu. Masyarakat
Aceh sangat bangga sekali dapat bertemu muka dan mendengar langsung pidato
presiden Soekarno tentang agresi Belanda 1947-1948 yang telah menguasai kembali
Sumatera Timur, dikenal sebagai Sumatera Utara sekarang.
Selama seminggu Presiden Soekarno berada di Aceh,
aktivitas Republik dipusatkan di Bireuen. Beliau menginap dan mengendalikan
pemerintahan RI di rumah kediaman Kolonel Hussein Joesoef (Meuligo Bupati
Bireuen sekarang). Jelasnya, dalam keadaan darurat, Aceh pernah menjadi ibukota
RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya
catatan sejarah ini hampir terlupa dan tidak pernah tersurat dalam catatan
sejarah kemerdekaan Indonesia.
Pesawat Seulawah Cikal Bakal PT. Garuda
Terselubung benar, tanpa diduga-duga ternyata pesawat
pertama Indonesia merupakan hasil sumbangan dan jerih payah masyarakat Aceh.
Pesawat Dakota RI-001 Seulawah, begitulah sebutannya (Pesawat tersebut sekarang
diabadikan di Lap. Blang Padang – Banda Aceh). Pesawat ini adalah cikal bakal
berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama Indonesian Airways yang
sekarang disebut Garuda Indonesia. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam
perjuangan awal pembentukan negara Indonesia. Masyarakat Aceh menyerahkan
pesawat terbang Seulawah pada 1948 kepada pemerintah RI untuk meneruskan
perjuangan melawan penjajahan Belanda. Sumbangan dari rakyat Aceh
tersebut setara dengan 20 kg emas.
Ketika keadaan sedang genting, Bung Karno berseru kepada
seluruh masyarakat Indonesia bahwa dari Acehlah perjuangan diteruskan merebut
setiap jengkal tanah yang diduduki Belanda. Biar negara ini tinggal selebar
payung, perjuangan tetap diteruskan sampai penjajah angkat kaki dari bumi
Indonesia. Untuk menggempur blockade Belanda, maka negara memerlukan sebuah
pesawat terbang. Sudah beberapa wilayah di Sumatera Bung Karno singgahi, namun
hanya masyarakat Aceh lah yang memenuhi anjuran Bung Karno untuk menyumbangkan
pesawat terbang.
Jika di lihat dari segi fisik, Pesawat Dakota RI-001 ini
memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter. Bertenaga dua
mesin Pratt & Whitney, berbobot 8.030 kg. Sementara kemampuan jelajahnya,
dengan kecepatan maksimum 346 km/jam. Kehadiran Dakota RI-001 membuka jalur
penerbangan Jawa-Sumatera, bahkan sampai ke luar negeri. Pada bulan November
1948, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatera
dengan rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Maguwo.
Emas Monas Asal Aceh, Sumatera
Monumen Nasional (Monas) Jakarta dengan 38 kg emas yang
dipajang di puncak tugu memiliki keindahan yang sangat merona. Ternyata di
balik megahnya monument tersebut 28 kg dari 38 kg emas di Monas merupakan
sumbangan dari salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya
Indonesia, beliau adalah Teuku Markam. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku
Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di
zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda.
Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis
dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota
kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring
dengan berkuasanya pemerintahan Rezim Presiden Soeharto berkuasa di Indonesia.
Sungguh menyedihkan, akhirnya Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan
terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba.
Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama.
Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan. Ahli
warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga
kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah dilakukan
rehabilitir selama ini oleh masyarakat dan pemerintah.
Arun dan Pemberontakan di Aceh
Fasilitas Arun LNG telah menjadi kontributor penting
untuk keseimbangan positif nasional alam Indonesia gas / LNG perdagangan. Arun
(Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam) telah memberikan kontribusi nyata bagi
perekonomian nasional dan lokal selama lebih dari tiga dekade. Lain gas
industri berbasis dikembangkan di sekitar Arun, termasuk dua pabrik pupuk
terkemuka dalam negeri, AAF (Asean Aceh Fertilizer) dan Iskandar Muda.
Provinsi Aceh merupakan daerah yang memiliki
tradisi panjang melawan pemerintah pusat Indonesia di Jakarta. Resistensi ini
dimulai sebagai sebuah gerakan keagamaan, namun memperoleh nada yang berbeda
sekali Mobil Oil Indonesia (MOI) menemukan kekayaan besar minyak dan gas alam
di Lhok Seumawe, Aceh Utara pada tahun 1971. Penemuan ini terinspirasi
perkembangan Lhok Seumawe Kawasan Industri (Zils), sebuah kantong yang
ditujukan untuk minyak dan bahan bakar gas ekstraksi (LNG) alami untuk ekspor
luar negeri. Sementara Zils telah menguntungkan bagi MOI (kini disebut Exxon
Mobil Indonesia) dan kekuasaan broker di Jakarta, Aceh hanya mengalami efek
samping yang berbahaya zona ini: degradasi lingkungan, dislokasi keluarga
pribumi, arus masuk besar pekerja migran, dan gangguan dalam tradisional mereka
mata pencaharian. Ini ketidakadilan menyebabkan munculnya Gerakan Aceh Merdeka
(GAM), depan separatis bertekad untuk melihat Aceh menjadi kesultanan mandiri
dan kaya minyak. Exxon Mobil telah berusaha untuk menyajikan dirinya sebagai
pemain “netral” dalam perang dilancarkan antara Jakarta dan pemberontak,
mempertahankan pemisahan yang agak palsu antara bisnis dan “politik”. Strategi
ini telah terbukti berhasil. Baru-baru ini, pemberontak Aceh secara khusus
ditargetkan Exxon Mobil, suatu perkembangan yang telah memimpin perusahaan
untuk menghentikan produksi LNG di Zils sampai keamanan dikembalikan ke
provinsi.
Harapan dan Kerinduan Rakyat Aceh Kian Mendalam
Begitu besarnya jasa rakyat Aceh terhadap NKRI mulai
sejak perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan wakaf monumental rakyat aceh yang
dibalut dengan keikhlasan. Hal ini tentunya menjadi alasan mendasar bahwa Aceh
wajar dikatakan sebagai daerah modal kemerdekaan Indonesia.
Pasca konflik dan tsunami Aceh, hubungan Aceh dan
Indonesia kian membaik setelah di tanda tanganinya MoU Helsinki 2006 lalu.
Namun demikian, ternyata masih banyak poin-poin kesepakatan perdamaian yang
seakan dalam permainan RI. Sehingga menunjukkan sikap belum ikhlasnya Indonesia
dalam memperhatikan Aceh secara serius. Perlu dipahami oleh pemerintah
Indonesia bahwa cinta yang ikhlas merupakan dambaan rakyat Aceh selama ini,
Aceh yang aman rakyat sejahtera.
Lalu ada lagi sebuah blog tentang jasa Aceh yang isinya sebagai berikut:
2.Jasa Aceh bagi Indonesia(Poetraaceh.mywapblog.com)
- Ketika wilayah Indonesia hampir dikuasai seluruhnya oleh Belanda saat
perang kemerdekaan, Acehlah yang menjadi donatur bagi Indonesia. Aceh mendanai
kegiatan-kegiat an duta dan perwakilan RI ke luar Negeri, juga membiayai
perwakilan PBB. Selain itu, Aceh juga membiayai misi perjalanan menteri muda
Luar Negeri RI, H. Agus Salim, ke Timur Tengah dan saat mengikuti konferensi
Asia di New Delhi.
Saat
Pemerintahan pusat yang berada di Yogyakarta vacum, Aceh juga menyediakan dana
bagi pemerintahan.
- Rakyat Aceh juga pernah menyumbangkan dua pesawat bagi
pemerintahan RI. Pesawat itu adalah pesawat jenis dakota yaitu Seulawah RI-001
dan Dakota RI-002 yang dibeli di Singapura, Oktober 1948. Para pengusaha aceh
juga memberikan satu pesawat jenis "Avro Anson RI-004" yang dibeli di
Thailand, pesawat -pesawat itu dibayar dengan menggunakan emas murni sumbangan
rakyat Aceh. Jadi, tiga pesawat pemberian Aceh inilah yang menjadi armada
pertama Indonesia yang dapat menembus blokade udara Belanda.
- Aceh
juga memberikan sebuah kapal yang berbobot 100 ton dengan nomor registrasi PPB
58 LB kepada armada laut RI.
- Aceh
juga memiliki sebuah radio yang dikenal dengan "Radio Rimba Raya"
yang bertempatkan di Takengon, Aceh Tengah. Banyak juga yang melupakan peranan
Radio Rimba Raya ini bagi kemerdekaan Indonesia. Berita tentang kemerdekaan
Indonesia diketahui oleh dunia melalui radi ini.
-
Pasukan dari Aceh juga pernah melakukan Long March menuju front "Medan
Area" ketika Medan, Sumatera Utara berhasil dikuasai Belanda. Ini
merupakan bentuk komitmen Aceh demi kemerdekaan RI. Sehingga saat itu Aceh
dikenal sebagai daerah yang memiliki basis pertahanan yang paling kuat di wilayah
Sumatera.
- Emas yang
dipajang di puncak tugu Monumen Nasional(Monas) Jakarta adalah sumbangan dari salah
seorang saudagar Aceh yaitu Teuku Markam. Itu baru segelintir sumbangan Putra
Aceh teresebut, untuk kepentingan Negeri ini. Sumbangsih lainnya, ia pun ikut
membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia.
Dan balasan Indonesia untuk
rakyat ACEH adalah:
-
Teuku Markam ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta
kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit
sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal
dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis- habisan. Ahli warisnya hidup
terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba
berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah direhabilitir.
Anak-anaknya
mencoba bertahan hidup dengan segala daya upaya dan memanfaatkan bekas
koneksi-koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah
berjuang mengembalikan hak-hak orang tuanya.
-
Presiden Soekarno pernah ingkar janji kepada Aceh. Ketika itu, beliau pernah
memohon sambil berlinang air mata pada Aceh untuk tetap mendukung Indonesia dan
tetap menjadi penyuplai dana demi kemerdekaan Indonesia. Beliau berjanji jika
Indonesia merdeka penuh nanti akan memberi otonomi khusus kepada Aceh untuk
menjalankan syariat islam di wilayahnya sendiri. Janji itu meluluh lantakkan
hati orang Aceh. Tetapi yang terjadi kemudian adalah ketika Indonesia resmi
menjadi sebuah Negara dalam peta dunia, Soekarno berpidato di kampus
Universitas Indonesia (UI) Salemba dan di Amuntai Kalimantan Selatan: “Kita
tidak mungkin menjalankan syariat Islam di bumi Indonesia. Kalau kita
menjalankannya bagaimana saudara kita yang Hindu di Bali, bagaimana saudara
kita yang Kristen di Menado, di Maluku, di Sulawesi dan sebagainya. Kembali
Aceh tertipu.
Karena
itulah, akhirnya Aceh memberontak lalu muncullah konflik berkepanjangan hingga
perjanjian damai di Helsinki antara Aceh dan RI digaungkan.
-
Konflik ACEH yang berkecamuk dijawab dengan "Darurat Militer" oleh Indonesia
dan menjadi ajang 'GENOCIDE'. Tragedi Simpang KKA, Rumoh Geudong, Pembantaian
Tgk. Bantakiyah Cs, Penghilangan paksa Aktivis Aceh adalah sedikit dari banyak
kasus yang sampai sekarang hanya menjadi kisah pilu kami semata. Seolah Komnas
HAM berkata: TIDAK ADA HAM UNTUK KALIAN (Rakyat Aceh).
Yah setelah anda melihat beberapa fakta diatas maka anda bisa mengetahui alasan dibalik warga Aceh Ingin Merdeka.Namun alangkah lebih baik jika Aceh adalah tetap bagian dari NKRI karena jika tanpa Aceh mungkin sejarah Indonesia akan berubah.
Kalau boleh berterus terang, Aceh ini sebagai salah
satu daerah pemegang saham terbesar di Republik Indonesia. Maka sebagai
pemegang saham terbesar, jika Aceh menarik sahamnya, tentu RI akan guncang
seguncang-guncangnya. Apalagi kalau pemegang saham yang kecil-kecil pun ikut
menjadi makmum, tentu kita akan mengucapkan: Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
buat Republik Indonesia - H.M Amien Rais
Sumber: