Dibulan
ramadhan ini beberapa kali saya mendapatkan email berisi tentang larangan
berbuka dengan yang manis-manis. Di tulisan tersebut dijelaskan bahwa berbuka
puasa dengan makanan/minuman manis, justru tidak baik untuk kesehatan.
Alasannya adalah kurma yang dimakan nabi adalah rhutab yang mengandung
karbohidrat kompleks (polisakarida) dan bukan karbohidrat sederhana seperti
gula pada makanan manis. Selain itu juga dijelaskan bahwa makanan manis justru
tidak baik bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan berbagai penyakit sehubungan
dengan naiknya kadar gula darah dan kegemukkan.
Sebetulnya
sejak dari ramadhan tahun lalu artikel ini beredar. Selain email, banyak para
blogger yang juga memasukkan tulisan ini ke dalam blog mereka. Dan sekarang
sudah semakin banyak dan dianggap sebagai suatu kebenaran.
Tapi apakah
betul berbuka puasa dengan yang manis-manis menggangu kesehatan? Saya pribadi
tidak sependapat dengan isi tulisan tersebut. Ada beberapa hal yang
menurut saya salah. Sebetulnya benar, namun salah penerapan dalam pemaknaan.
Pertama.
Tentang kandungan karbohidrat kompleks dalam kurma. Kurma yang dimakan oleh
nabi adalah jenis rhutab. Setau saya jenis ini rasanya manis. Dan karbohidrat
yang memiliki rasa manis biasanya adalah karbohidrat sederhana (gula). Misalnya
glukosa, fruktosa, sukrosa (gula pasir), dan lainnya (pada buah biasanya
fruktosa). Sedangkan karbohidrat kompleks (polisakarida) tidak berasa manis.
Karbohidrat kompleks biasa terdapat pada nasi, kentang, singkong, ubi, roti,
jagung, dan lainnya. Katakanlah nasi. Nasi kaya akan karbohidrat kompleks.
Apakah nasi manis? Tidak. Tapi perhatikan. Bila kita mengunyah nasi
sedikit lebih lama, maka nasi akan berasa manis. Hal ini karena karbohidrate
kompleks sudah terpecah menjadi gula sederhana oleh enzim amilase yang ada dalam
air liur. Jadi saya tidak sependapat bahwa kurma mengandung karbohidrat
kompleks.
Kedua.
Dikatakan bahwa berbuka puasa dengan makanan manis yang mengandung gula
sederhana adalah tidak baik. Hal ini dihubungkan dengan kadar gula darah yang
akan melonjak tinggi dan fenomena kegemukan (obesitas). Memang benar
makanan/minuman yang mengandung kadar gula tinggi akan meningkatkan kadar gula
darah dan meningkatkan penimbunan lemak mengakibatkan obesitas. Tapi ada yang
luput disini. Perlu diingat, Rasulullah mencontohkan hanya satu dua butir
kurma. Dan satu dua butir kurma tidak akan menggemukkan dan meningkatkan kadar
gula darah secara ekstrim. Mungkin akan menyebabkan masalah bila berbuka puasa
langsung menghabiskan kurma sebanyak satu kilogram.
Ketiga. Karena
satu hari penuh kekurangan energi tidak makan minum saat berpuasa, dibutuhkan
satu asupan makanan yang mampu menyediakan energi secara instant dan cepat
diserap tubuh. Makanan atau minuman manis adalah solusi terbaik. Gula sederhana
dapat dengan cepat menggantikan energi yang hilang dan cepat diserap tubuh.
Sehingga berbuka puasa dengan makanan/minuman yang manis adalah pilihan
terbaik. Tentu saja dengan catatan semuanya jangan berlebih. Satu dua butir
kurma cukup menyediakan energi yang cepat bagi tubuh.
Jadi, alasan
pelarangan berbuka dengan yang manis-manis tidaklah tepat, terlalu dicari dan
dihubung-hubungkan. Berbuka puasa dengan yang manis seharusnya dijadikan
kebiasaan yang baik. Namun jangan berlebihan.
Sumber:
Wahyuriyadi.blogspot.com
Wahyuriyadi.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Harap berkomentar dengan cerdas dan bijak.Diharapkan anda tidak berkomentar dengan komentar yang berbau sara,rasis,dll
Terima kasih