Kamis, 26 Desember 2013

Suasana Haru Peringatan Tsunami Aceh


BANDA ACEH, KOMPAS.com — Suasana haru mewarnai pembacaan doa dan zikir di berbagai sudut di Banda Aceh, Kamis (26/12/2013), tak terkecuali kuburan massal korban tsunami di kawasan Ulhe Lheu Banda Aceh. Ribuan warga larut dalam kenangan terhadap musibah gempa dan tsunami yang terjadi 9 tahun lalu. Tak sedikit pula yang mengenang keluarga dan kenalan mereka yang tewas maupun hilang dalam tragedi ini.

Sejak pagi, lantunan surat Yasin sudah menggema di kawasan ini. Warga berdatangan untuk memanjatkan doa. Bahkan, sebagian warga meyakini bahwa anggota keluarga mereka yang hilang dimakamkan di kompleks pemakaman massal tersebut. 

Baharuddin, misalnya. Laki-laki berusia 57 tahun ini bertafakur dan berdiam diri di pemakaman. Ia kehilangan anak dan istrinya sembilan tahun yang lalu. Selain berdoa, Baharuddin mengaku datang ke makam juga untuk mengenang keberadaan orang-orang yang dicintainya. 

Sama halnya dengan warga lainnya, Wakil Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal juga terlihat dalam jemaah doa dan zikir yang dilakukan di kompleks makam massal ini. Illiza mengatakan, perasaan kehilangan akibat musibah besar sembilan tahun lalu itu tentu menjadi bagian hidup yang tak mungkin bisa dilupakan oleh warga di Kota Banda Aceh. Kendati demikian, Illiza juga mengingatkan bahwa hidup berjalan maju dan semua harus diperbaiki, baik fisik maupun mental. 

"Secara fisik infrastruktur, Kota Banda Aceh sudah berbenah diri. Kota sudah baik, bahkan kini lebih nyaman dari sebelumnya. Dengan adanya kebaikan ini, diharapkan juga seiring dengan membaiknya fisik dan mental masyarakat di Kota Banda Aceh juga. Kemajuan teknologi yang kini begitu pesat di Kota Banda Aceh diharapkan tidak menimbulkan tsunami moral bagi generasi muda di Kota Banda Aceh," ujar Illiza. 

Dia juga mengharapkan, kejadian tersebut bisa terus memberi pelajaran penting bagi warga. Selain lebih bisa mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, warga juga bisa terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap lingkungan yang rawan bencana. 

"Kesiapsiagaan itu penting karena tidak ada satu manusia pun bisa mengindar dari bencana. Namun, ketika bencana datang, kita sudah mempersiapkan diri dengan upaya-upaya perlindungan yang kita punya," katanya. 

Suasana haru yang sama juga hadir di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh. Sekitar seribu warga memadati arena ini untuk berzikir dan berdoa mengenang musibah gempa dan tsunami Aceh. Tampak hadir dalam kegiatan ini Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf dan Ketua DPR Aceh Hasbi Abdullah. Hadir pula belasan guru serta warga negara asing yang berasal dri Malaysia dan Singapura serta sejumlah mahasiswa asal Jepang.

"Saya senang bisa hadir di sini dan bisa juga merasakan kesedihan yang ada karena saya juga pernah mengalami bencana tsunami, dan saya bangga serta senang melihat warga di Aceh sudah bisa kembali tersenyum dan bisa menjalani hidup yang baru," sebut Sotomi, seorang mahasiswa asal Jepang.

Sumber: Kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Harap berkomentar dengan cerdas dan bijak.Diharapkan anda tidak berkomentar dengan komentar yang berbau sara,rasis,dll
Terima kasih